MASIH HARUSKAH BERPACARAN ??????
Allah memberikan rizki sesuai dengan kebutuhan hambaNya dan di waktu yang menurut Allah terbaik untuk kita mendapatkannya. Jodoh adalah salah satu rizki yang Allah persiapkan untuk kita.
_
Karena menikah adalah ibadah. Menikah adalah sunnah di anjurkan Rasulullah.
Menimbun pahala yang terserak di dalam rumah tangga. Dan semua manusia yang
normal pasti akan mendambakan suatu pernikahan. Merasakan suatu episode hidup
dimana kita akan memulai segala sesuatu yang baru. Yang dahulu kita berperan
sebagai seorang anak dengan berbagai kebahagiaan bermandikan kasih sayang orang
tua. Maka menikah adalah suatu gerbang menuju pembelajaran menjadi orang tua
kelak. Kita bukan lagi sebagai penumpang di mana mengikuti arah kehidupan yang
di tentukan orang tua, melainkan kita akan menjadi driver untuk kehidupan kita
sendiri kelak. Kita bisa saja mengikuti jalur yang telah di lewati orang tua,
jika memang itu jalur yang tepat. Tapi jika jalur itu tak sesuai dengan arah
tujuan kehidupan rumah tangga kita yaitu jalur keridhaan Allah, maka kita pun harus
mencari jalur yang tepat.
Karena menikah itu adalah satu kebaikan maka seharusnya harus di mulai dengan
yang baik pula. Misalnya, ketika kita ingin lulus ujian, maka kita harus
belajar yang giat bukan bermalas-malasan.
Ayat Allah masih jelas tertera dalam kitabNya, bahwa pria yang baik akan
mendapatkan wanita yang baik pula dan sebaliknya. Dan ayat itu masih sama
dengan pada saat Allah turunkan beribu tahun yang lalu. Janji Allah pun
tergambar melalui ayat itu dan Allah Maha Menepati janji. Lalu mengapa kita masih
meragukan janji Allah itu??
Masih haruskah berpacaran??
Mengenal lawan jenis dengan dalih untuk mengenal pribadi masing-masing. Padahal
kenyataannya, hanya sedikit kejujuran yang di tampakkan pada saat pacaran. Rasa
takut yang besar untuk di tinggal pasangannya atau hendak mengambil hati pasangannya
membuat mereka menyembunyikan keburukan yang terdapat dalam dirinya. Sudah
menjadi rahasia umum, jika usia pacaran yang lama tak menjamin bahwa itu
menjadi suatu jalan untuk memuluskan hubungan menuju jenjang pernikahan. Sudah
tak menjamin adanya pernikahan setelah sekian lama menjalin masa pacaran, juga
banyak di bumbui pelanggaran terhadap rambu-rambu Allah. Maksiat yang terasa
nikmat.
Zaman sekarang, berpacaran sudah selayaknya menjadi pasangan suami istri. Si
pria seolah menjadi hak milik wanita dan si wanita kepunyaan pribadi si pria.
Mereka pun bebas melakukan apapun sesuai keinginan mereka. Yang terparah adalah
sudah hilangnya rasa malu ketika melakukan hubungan suami istri dengan sang
pacar yang notabene bukan mahram.
Padahal pengesahan hubungan
berpacaran hanya berupa ucapan yang biasa di sebut “nembak”, misalnya “I Love
You, maukah kau menjadi pacarku?” dan di terima dengan ucapan “I Love You too,
aku mau jadi pacarmu”. Atau sejenisnya. Hanya itu. Tanpa adanya perjanjian yang
kuat (mitsaqan ghaliza) antara seorang hamba dengan Sang Pencipta. Tanpa adanya
akad yang menghalalkan hubungan tersebut. Hubungan pacaran tak ada
pertanggungjawaban kecuali pelanggaran terhadap aturan Allah. Karena tak ada
yang namanya pacaran islami, pacaran sehat atau apalah namanya untuk melegalkan
hubungan tersebut.
Kita berlelah melakukan hubungan pacaran. Melakukan apapun guna menyenangkan
hati sang kekasih (yang belum halal) meskipun hati kita menolak. Jungkir balik
kita mempermainkan hati. Hingga suka dan sedih karena cinta, cinta terlarang.
Hati dan otak di penuhi hanya dengan masalah cinta. Kita menangis karena cinta,
kita tertawa karena cinta, kita meraung-meraung di tinggal cinta, kita pun
mengemis cinta. Hingga tak ada tempat untuk otak memikirkan hal positif
lainnya. Tapi sayang, itu hanya cinta semu. Sesuatu yang semu adalah
kesia-siaan. Kita berkorban mengatasnamakan cinta semu. Seorang pacar, hebatnya
bisa menggantikan prioritas seorang anak untuk menghormati orangtua. Tak
sedikit yang lebih senang berdua-duaan dengan sang pacar di banding menemani
orangtua. Pacar bisa jadi lebih tau sedang dimana seorang anak di banding orang
tuanya sendiri. Seseorang akan rela menyenangkan hati pacarnya untuk di belikan
sesuatu yang di suka di bandingkan memberikan kejutan untuk seorang ibu yang
melahirkannya. Seseorang akan lebih menurut pada perintah sang pacar di banding
orang tuanya. Hubungan yang baru terjalin bisa menggantikan hubungan lahiriah
dan batiniyah seorang anak dengan orangtua.
Jika pun akhirnya menikah, maka tak ada lagi sesuatu yang spesial untuk di
persembahkan pada pasangannya. Sebuah rasa yang seharusnya di peruntukan untuk
pasangannya karena telah di umbar sebelumnya, maka akan menjadi hal yang biasa.
Tak ada lagi rasa “greget”, karena masing-masing telah mendapatkan apa yang di
inginkan pada masa berpacaran. Bisa jadi, akibat mendapatkan sesuatu belum pada
waktunya maka ikrar suci pernikahan bukan menjadi sesuatu yang sakral dan mudah
di permainkan. Na’udzubillah.
Parahnya jika tiba-tiba hubungan pacaran itu kandas, hanya dengan sebuah kata
“PUTUS” maka kebanyakan akan menjadi sebuah permusuhan. Apalagi jika di
sebabkan hal yang kurang baik misalnya perselingkuhan. Kembali hati yang
menanggung akibatnya. Kesedihan yang berlebihan hingga beberapa lama. Hati yang
terlanjur memendam benci. Tak sedikit yang teramat merasakan patah hati
dikarenakan cinta berlebihan menyebabkannya sakit secara fisik dan psikis. Juga
ada beberapa kasus bunuh diri karena tak kuat menahan kesedihan akibat patah
hati.
Terdengar berlebihan. Tapi itulah kenyataannya, hati adalah suatu organ yang
sensitif. Bisa naik secara drastis, tak jarang bisa jatuh langsung menghantam
ke bumi. Apa yang di rasakan hati akan terlihat pada sikap dan perilaku. Hati
yang terpenuhi nafsu akan enggan menerima hal baik. Ada orang bilang, jangan
pernah bermain dengan hati. Karena dari mata turun ke hati, kemudian tak akan
turun kembali. Akan ada sebuah rasa akan mengendap di dalam hati. Jika rasa itu
baik dan di tujukan pada seseorang yang halal (suami atau istri) maka kebaikan
akan terpancar secara lahiriah. Bukan sebuah melankolisme yang kini merajalela.
Banyak pelajaran dari sekitar. Kenapa masih harus berpacaran??
Karena ingin ada teman yang selalu setia mendengar tiap keluh kesah?? Tak
selamanya manusia bisa dengan rela mendengarkan keluhan manusia lainnya. Hanya
Allah yang tak pernah berpaling untuk hambaNya. Bisa jadi secara fisik sang
pacar rela mendengar dengan seksama, tapi dia juga manusia yang akan merasa
bosan jika selalu di cecoki dengan berbagai keluhan.
Malu di bilang jomblo??
Jika dengan jomblo kita bisa terbebas dari rasa yang terlarang, kenapa harus
malu?? justru kita akan merasa nyaman bercengkerama dengan Allah karena sadar
hati kita hanya patut di tujukan kepadaNya bukan yang lain. Justru kita harus
bangga, di saat yang lain berlomba untuk melakukan hal terlarang tapi kita
menjauhinya. Kemudian tak akan ada perasaan was was karena telah melanggar
aturan Allah. Kita bebas berkumpul dengan kawan-kawan tanpa ada kekangan dari orang
yang sesungguhnya tak memiliki kewenangan terhadap diri kita.
Mungkin masih banyak lagi kesia-siaan dalam berpacaran. Dan sesungguhnya belum
tentu sang pacar akan menjadi pasangan kita kelak.
Pacaran ibarat minuman beralkohol, banyak yang mengelak bahwa dengan berpacaran
mereka memiliki semangat baru dan sederet hal positif yang mereka kumandangkan.
Tapi sama halnya dengan alkohol, maka manfaat yang di dapat jauh lebih kecil di
banding kemudharatan yang di hasilkan. Karena segala sesuatu yang di larang
Allah, pasti ada sebab dan manfaatnya.
Kemudian ada yang berdalih, toh pacaran itu tidak merugikan orang lain. Tidak
merugikan orang lain, namun hukum Allah jauh lebih baik untuk di ikuti
ketimbang menurutkan hawa nafsu yang berakhir pada jurang kebinasaan.
Kembali ke pernikahan, suatu kebaikan maka tak pantas jika di awali dengan
keburukan. Allah tak akan ingkar janji, karena jodoh telah Allah tetapkan di
Lauh Mahfuzh. Tinggal kita melakukan usaha yang baik, yang Allah ridhai. Supaya
tiap langkah kita, hanya berisi keridhaan Allah dan mendapat keberkahanNya.
Aamiin.
(hanya sebuah catatan hati guna pengingat diri dan saudara seimanku)
Ditayangkan
kembali oleh saya J
syukronn ...


0 komentar:
Posting Komentar